We are Liverpudlians

We are Liverpudlians
---

Selamat Berbagi dalam mendukung The Reds,, YNWA

Yuk kita sharing tentang Liverpool,,
mohon bantuannya ya...

Minggu, 01 Mei 2011



This Is Liverpool,,, gw yakin hal ini bakalan pasti terjadi...

Rabu, 30 Maret 2011

Dalam tradisinya, merah dan putih adalah warna klub. Namun dalam berkembangannya berubah menjadi merah pada era 1960an. Seperti lambang klub yang terus berkembang mengikuti perkembangan sejarah Liverpool, dengan dua nyala api yang dimasukkan ke dalam lambang klub setelah Tragedi Hillsborough untuk menghormati 96 suporter Liverpool yang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Liverpool telah bermain di Anfield sejak didirikan, dan direncanakan untuk pindah ke stadiun yang baru di Stanley Park. Diperkirakan stadiun baru akan selesai pada 2011.

Selasa, 29 Maret 2011

Luis Suarez was today named the Standard Chartered LFC Player of the Month for March.

The Uruguayan tallied a remarkable 79 per cent of your vote in an exclusive poll on this website to comfortably see off competition from Dirk Kuyt and Pepe Reina.

Our new No.7's triumph is all the more impressive when you consider Kuyt netted a treble in the 3-1 victory over Manchester United.

In just two appearances this month Suarez has made a huge impact, having a hand in all three goals against the Red Devils and crashing home a sensational effort at the expense of Sunderland.



Upon being presented with the award at Melwood, the striker told Liverpoolfc.tv: "This is a great city and a great team, and I am very happy to be here.

"The people have treated me very well and it hasn't taken me long to settle in at all.

"It is a surprise to win this prize so early on because I have only been here for two months, but this award is really for the whole of the team and the hard work they've all put in."

Reflecting on his scintillating performance against United, Suarez added: "It's always a classic game against Manchester United and we always hope it goes well for us.

"Thankfully this time it did. The most important thing was to win - and I am glad to say we did.

"We all hope to finish in the top five. It's difficult, but it's important we play well in the next few games.

"Next year, hopefully we can do well, finish in the top four and get into the Champions League again."
Salah satu klub tersukses di Inggris Raya. Didirikan pada 1892 akibat perseteruan John Holding dengan Everton FC, Liverpool menjelma kekuatan serius di kompetisi sepakbola Inggris. Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, namun FA menolak mengakui dua tim bernama Everton. Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC.

Tak butuh lama bagi Liverpool untuk mencicipi gelar di liga. Pada 1900/01, Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meski mereka dikalahkan Burnley 1-0. Liverpool sempat terseok-seok sebelum Bill Shankly datang sebagai manajer pada 1959. Shankly membenahi tim secara besar-besaran dan menggunakan sebuah ruangan bernama The Boot Room untuk menggelar rapat pelatih.

Kejayaan Liverpool bersama Shankly dilanjutkan Bob Paisley, yang antara lain sukses membawa Reds merengkuh trofi Eropa pertama. Pada 1972/73, Liverpool menyabet Piala UEFA dan menyusul Piala Champions empat tahun berikutnya. Periode keemasan Liverpool pun dimulai. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden Heysel dan Hillsborough pada 1980-an. Kedua insiden mengerikan tersebut memakan korban nyawa penonton sepakbola dan masih terus dikenang hingga saat ini. Kali terakhir Liverpool menjuarai liga adalah musim 1989/90 dan sudah terlalu lama mereka menunggu untuk mencicipi sukses pertama di era Liga Primer.
Tragedi Hillsborough Melukai Liverpool



LONDON, KOMPAS.com - Hari ini, Rabu (15/4) waktu Inggris, penggemar sepak bola mengenang tragedi memilukan pada 20 tahun silam. Puluhan orang tewas dalam musibah di Stadion Hillsborough.

Inggris berduka tapi pendukung kesebelasan Liverpool paling menderita dalam kejadian tersebut. Semua korban adalah suporter "The Kop" yang datang ke stadion itu untuk menyaksikan duel semifinal Piala FA lawan Nottingham Forest.

Stadion Hillborough, yang berkapasitas 40.000 penonton, hanya menyediakan kurang dari 15.000 tempat duduk bagi suporter tim tamu. Padahal, waktu itu Liverpudlians sangat bersemangat menyaksikan tim favoritnya, yang saat itu sedang mencapai masa jayanya.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Duel itu kemudian dihentikan, sebelum dipindah ke Old Trafford pada 7 Mei 1989.

Meski Liverpool akhirnya menjadi juara dengan mengalahkan Everton, kejadian tersebut telah menorehkan luka mendalam bagi tim sepak bola di seluruh dunia. Keluarga korban menggugat polisi dan petugas lapangan, yang awalnya tidak mengakui bahwa musibah itu disebabkan karena keteledoran memaksakan penonton masuk ke stadion yang penuh sesak.

Mengingat kembali kejadian tragis tersebut, berikut rentetan kejadian pada hari H berdasarkan informasi yang didapatkan oleh Times Online:

Pukul 08.00
Pendukung Liverpool mulai berkonvoi menuju Stadion Hillborough di Kota Sheffield, sebelah timur Liverpool.

09.00
Sebanyak 801 personil awal petugas kepolisian, 370 petugas lapangan, serta petugas loket datang ke stadion. Seluruhnya ada 1.100 orang ofisial yang bertugas di pertandingan itu.

10.00
Polisi mengadakan pertemuan di tribun utara untuk membahas pengamanan stadion. David Duckenfield untuk pertama kalinya ditunjuk sebagai kepala keamanan dalam duel sepak bola itu.

11.00
Gelombang pertama pendukung Liverpool tiba di stasiun kereta api di Sheffield. Dalam waktu 3,5 jam berikutnya, jumlah suporter diperkirakan mencapai 25.000 orang.

12.30
Ketua Federasi Sepak Bola Inggris (FA), Graham Kelly, beserta tamu lain tiba di stadion untuk makan siang bersama jelang pertandingan.

14.00
Liverpudliands datang dalam jumlah berlipat-lipat dan langsung mengantre di tujuh gerbang menuju tribun barat dekat Jalan Leppings Lane.

14.17
Suasana mulai ricuh di tiap gerbang mengingat padatnya orang di antrean tersebut.

14.30
Kerumunan pengantre mulai tak terkendali, sementara peluit kick-off harus dibunyikan setengah jam berikutnya.

14.45
Petugas meminta agar suporter tetap di tempat dan tidak saling berebut memasuki area stadion. Ribuan calon penonton masih berada di luar stadion.

14.52
Kepala keamanan, Duckenfield, meminta Gerbang C, dekat Leppings Lane, dibuka untuk memudahkan penonton masuk ke arena pertandingan. Perintah itu membuat 2.000 suporter merangsek menuju sektor 3 dan 4 di tribun barat.
15.00
Pertandingan dimulai, tapi pendukung Liverpool masih berjejalan di lorong menuju sektor 3 dan 4.

15.06
Penonton mulai ricuh. Sebagian orang memasuki lapangan pertandingan, sementara beberapa korban cedera dan meninggal mulai berjatuhan. Wasit terpaksa menunda pertarungan.

15.10
Perintah darurat dikeluarkan untuk menjebol pagar pembatas setinggi 3 meter antara bangku penonton dan lapangan.

15.13
Mobil ambulans datang melalui Jalan Leppings Lane tapi tak berhasil masuk ke dalam stadion karena terhalang padatnya suporter yang masih berada di luar stadion.

15.15
Mandor keamanan menuju ke ruang pengawasan di barat daya stadion untuk melihat situasi yang terjadi. Ia baru sadar bahwa perintah membuka Gerbang C telah membuat gelombang besar penonton merangsek ke stadion.

15.22
Petugas pemadam kebakaran dengan alat pemotong pagar datang ke stadion melalui pintu utara. Polisi menahan mereka di luar stadion karena tenaga mereka tidak diperlukan. Polisi justru membantah adanya kabar karut-marut dalam stadion.

15.27
Pertugas lapangan stadion mulai melakukan evakuasi korban dengan menggunakan papan reklame sebagai tandu.

15.28
Kevin Williams, seorang bocah 15 tahun, diangkut ke tengah lapangan dalam kondisi mengenaskan. Ia masih hidup, tapi tak mendapatkan pertolongan medis. Polisi berdatangan masuk ke dalam stadion, sementara korban dibawa ke rumah sakit terdekat.

16.01
Pertandingan secara resmi dihentikan.

18.45
Dokter koroner, Stephen Proper, tiba di stadion dan memerintahkan untuk memotret korban tewas. Foto-foto polaroid itu langsung dipampang di luar stadion untuk mempermudah kerabat mengidentifikasi korban.

21.30
Identifikasi fisik para korban dimulai. Sebanyak 96 orang tewas, termasuk korban termuda Jon-Paul Gilhooley (10 tahun), sepupu kapten Liverpool, Steven Gerrard. Pada saat kejadian, Gerrard baru berumur 9 tahun.
Profil Steven Gerrard



Steven George Gerrard (lahir di Whiston, Inggris, 30 Mei 1980;) adalah seorang pemain sepak bola asal Inggris. Pria beringgi tubuh 188 cm ini bermain di Liverpool F.C. sejak tahun 1997 (meskipun debut profesionalnya baru terjadi pada 19 November 1998) sebagai pemain pengganti Vegard Heggem pada babak kedua saat liverpool bertanding melawan Blackburn Rovers.

Walaupun ia berposisi sebagai gelandang di klub sepak bola tersebut, sebenarnya ia dapat bermain di posisi mana saja seperti penyerang, gelandang ataupun bek. Bisa dibilang pemain ini berposisi serba bisa kecuali posisi kiper sepertinya halnya legenda sepak bola Irlandia Utara dan Manchester United yaitu George Best.

Di klub berjuluk The Reds ini, Gerrard mengenakan nomor punggung 8 sekaligus memegang ban kapten. Bersama Xabi Alonso, Jamie Carragher, dan Sami Hyypia ia telah menyumbangkan beberapa gelar juara untuk klub dari kota pelabuhan tersebut. Ia juga sangat disegani oleh penggemar-penggemar klub yang bermarkas di stadion Anfield tersebut, rekan-rekan setim di klub maupun timnas Inggris serta masyarakat Inggris secara keseluruhan. Tahun 2006 ia terpilih sebagai pemain terbaik di Inggris oleh Asosiasi Pesepak Bola Profesional Inggris (PFA).

Di tim nasional sepak bola Inggris ia memulai debutnya pada tahun 2000 dan hingga saat ini telah tampil sebanyak 67 kali dan mencetak 13 gol.

Gerrard akrab disapa dengan panggilan Stevie G.

Steven Gerrard memiliki 2 orang anak perempuan bernama Lily Ella dan Lexie. Ia juga telah menikah dengan seorang wanita bernama Alex Curran pada musim panas 2007.

Awal karier

Gerrard mulai bermain bersama tim lokal, Whiston Juniors. Dia mendapat perrhatian dari pencari bakat Liverpool dan bergabung dengan akademi junior the Reds saat usianya 9 tahun. Dia hanya bermain dalam beberapa pertandingan, karena perkembangannya yang lambat membuat dia hana bermain dalam 20 pertandingan saat berusia 14 hingga 16. Diusia 14, Gerrard memperoleh kesempatan bertanding dengan beberapa klub, termasuk Manchester United. Dalam autobiografinya, dia mengatakan "untuk menekan Liverpool agar memberi saya YTS kontrak." selama masa tersebut dia sempat mengalami kecelakaan yang disebabkan garpu taman yang berkarat yang dapat menyebabkan dia kehilangan jari kakinya. Gerrard menandatangani kontrak profesional pertamanya bersama Liverpool pada 5 November 1997.

Tim Utama Liverpool

1998-1999: Musim Pertama

Gerrard membuat debutnya bersama tim utama Liverpool pada 29 November 1998 di babak kedua menggantikan Vegard Heggem saat berhadapan dengan Blackburn Rovers, dan penampilan pertamanya sebagai starter terjadi dalam Piala UEFA melawan Celta Vigo. Sebagai penganti dari Jamie Redknapp yang cedera, Gerrard bermain dalam 13 pertandingan untuk Liverpool pada musim tersebut.

1999-2000: Tim Utama

Pada musim 1999-2000 manajer Gérard Houllier menempatkan Gerrard berpasangan dengan Jamie Redknapp sebagai gelandang tengah. Setelah menjadi starter dalam 6 pertandingan awal, Gerrard diturunkan ke dalam bangku cadangan saat derby lokal melawant Everton. Gerrard menggantikan Robbie Fowler pada menit ke 66 namun kemudian dikeluarkan setelah menerima kartu merah pertama dalam kariernya karena pelanggaran terhadap pemain Everton Kevin Campbell di menit ke 90.[4] Di musim tersebut, Gerrard mencetak gol pertamanya untuk tim senior saat menang 4–1 atas Sheffield Wednesday.

Tulang belakangnya sering mengalami masalah. Pada saat itu, banyak wartawan mengabarkan rumor, sehingga fans sempat menduga bahwa mereka tidak akan pernah melihat Gerrard menyelesaikan kompetisi. Namun, manajer Gerard Houllier segera mengambil langkah yang berguna serta membayar spesialis untuk mengatasi masalahnya.list help. Setelah bekonsultasi dengan konsultan olah raga (kesehatan) Hans-Wilhelm Müller-Wohlfarth, didiagnosisi bahwa masalah Gerrard disebabkan oleh pertumbuhan yang telalu cepat pada tulang belakangnya.Setelah menjalani perawatan dan Liverpool F.C. memastikan bahwa masalah ini tidak akan muncul kembali. Namun kemudian Gerrard mengalami masalah di selangkangannya, dan membutuhkan empat kali operasi untuk mengatasi masalah ini Kemudian dia pergi ke seorang spesialis asal Perancis untuk mengatasi masalah dengan cederanya, yang diakibatkan pertumbuhan yang terlalu cepat dan terlalu sering bermain bola saat kecil.

2000-01: The "treble" season

2000-01 brought Gerrard his first trophy successes: he put his injury problems behind him and made 50 first team appearances, scoring 10 goals, as Liverpool won the League Cup and FA Cup. On 31 March 2000 Gerrard scored a goal from 25 yards which was the first in a 2-0 victory over Manchester United at Anfield. This was voted by fans as Liverpool's best ever Premier League goal. In the UEFA Cup final against Alavés, Gerrard scored his first major final goal as Liverpool won 5-4. At the end of the season Gerrard was named PFA Young Player of the Year.

2001-02: Growing influence

Di musim "treble" 2001, Gerrard meningkat menjadi pemain yang berpengaruh di tim Liverpool dimana dia menjadi semakin matang dan permasalah dan dengan cederanya semakin berkurang. Dia menjadi bagian penting saat Liverpool bertanding dalam musim kompetisi 2001-2002 dimana dalam klansemen akhir, Liverpool menempati peringkat kedua dengan raihan nilai terbanyak dalam satu dekade terakhir. Selama musim tersebut, Houllier mengalami masalah dengan kesehatan jantung yang mengharuskannya untuk menjalani operasi. Pada saat Liverpool diprediksi untuk kembali berkibar dalam pesepakbolaan Inggris, namun setelah Houllier sakit, Liverpool mengalami kemerosotan. Penampilan tim kembali meningkat setelah Gerrard dan Michael Owen menjadi bintang yang menjadi inspirator untuk meraih kemenangan.

Gelar Bersama Liverpool

* 2006-07 Runners-up Liga Champions
* 2005-06 Piala FA
* 2004-05 Juara Liga Champions
* 2002-03 Juara Piala Liga
* 2001-02 Piala Super Eropa
* 2001-02 Charity Shield
* 2000-01 Piala UEFA
* 2000-01 Piala FA
* 2000-01 Piala Liga
Pembantaian di Stadion Anfield



TANGGAL 2 September 1978, langit di Kota Liverpool benar-benar bersih. Matahari masih menghantamkan sinar panas, saat Liverpool menjamu Tottenham Hotspur. Memang bukan partai musuh bebuyutan, tapi pertandingan itu ditunggu banyak orang. Liverpool sebagai tim kelas satu dianggap mendapat ancaman serius dari The Spurs yang baru promosi setelah semusim terdampar di Divisi I.

Bahkan, partai ini dianggap paling menggairahkan di kompetisi Divisi Utama Liga Inggris pekan itu. The Spur di bawah pelatih Keith Burkinshaw dinilai sangat menjanjikan. Meski baru promosi, mereka memiliki tim yang sangat bagus.

Burkinshaw baru membeli dua bintang Argentina yang baru saja sukses membawa negaranya juara Piala Dunia 1978. Mereka adalah Osvaldo Ardiles dan Ricardo Villa. Selain itu, The Spur juga punya pemain rising star yang menjadi harapan Inggris, yakni Glenn Hoddle.

Sebelum pertandingan, media massa sudah membuat preview partai itu bakal ketat. Tuan rumah bakal mendapat perlawanan sengit. Itu yang membuat suasana begitu panas, hingga Liverpudlian tak mau melewatkannya. Mereka berduyun-duyun ke Anfield agar tim kesayangannya tak dipermalukan klub dari London itu.

“Kami mempersiapkan pertandingan ini dengan kerja ekstra. Semua pemain menunggu partai ini. The Spur memang sedang punya tim yang hebat. Tapi, kami tak ingin dipermalukan di depan pendukung sendiri,” ujar gelandang Liverpool waktu itu, Terry McDermott.

Benar saja. The Spurs dibuat kaget atas penampilan Liverpool. The Reds seperti badai yang sulit ditahan. Tim asuhan Bob Paisley ini selalu memainkan permainan cepat tanpa henti sejak pertandingan dimulai. Sehingga, The Spurs pun kesulitan mengembangkan permainan.

Sebaliknya, Liverpool mampu terus menguasai permainan. Gol demi gol pun tercipta dengan mudahnya. Liverpool membantai tim yang dianggap bakal mengancam kemapana tim-tim elite Liga Inggris itu dengan skor meyakinkan, 7-0. Ini kemenangan terbesar Liverpool, sekaligus terbesar di musim 1978-79.

MENGAMUK
Semula, The Spurs masih bisa sedikit mengimbangi permainan Liverpool. Mereka mencoba memainkan gaya sepak bola yang sedikit berbau latin. Umpan-umpan pendek dan pergerakan yang teratur menjadi ciri khasnya. Dimotori Ardiles, Spur mencoba mengacau irama permainan Liverpool.

Ternyata strategi itu tak berjalan. Liverpool justru mengamuk dan mencoba memberi tekanan yang sangat tajam kepada lawan. Kenny Dalglish dkk akan cepat menekan The Spurs, manakala kehilangan bola. Sebaliknya jika menguasai bola, mereka akan melakukan serangan dengan cepat.

Gaya bermain cepat tanpa kenal lelah itu tampaknya membuat tim tamu kesulitan. Bahkan, mereka semakin kehilangan kepercayaan diri setelah Kenny Dalglish mencetak gol pertamanya.

Sejak itu, The Spurs hanya bisa sesekali menyerang. Itupun tak pernah benar-benar berbahaya. Sebab, serangan mereka selalu mentah. Kiper Liverpool, Ray Clemence nyaris tak pernah bekerja keras. Bahkan, memegang bola pun jarang.

Sebaliknya kiper Tottenham Hotspur, Barry Daines harus jatuh-bangun menahan serangan demi serangan yang dilancarkan Liverpool. Belum 30 menit berlangsung, dia harus memungut bola dari jaringnya sebanyak tiga kali. Dua gol susulan Liverpool dicetak oleh Kenny Dalglish dan Ray Kennedy.

Bagusnya, The Spurs tak putus asa. Mereka tetap berusaha mengejar ketinggalan. Sayang, serangan mereka mudah dibaca. Selain itu Ardiles, Glenn Hoddle, dan Ricardo Villa mampu dimatikan oleh para pemain Liverpool. Ketiga pemain ini tak pernah bisa leluasa memegang bola, sehingga permainan Spurs pun kacau.

Memasuki babak kedua, The Spurs mencoba mengubah keadaan. Mereka ganti menerapkan permainan cepat dari kaki ke kaki. Tapi, untuk gaya yang satu ini, Liverpool lebih jago. Sehingga, perubahan strategi itu justru blunder dan menyenangkan tuan rumah.

Setiap kali The Spurs menaikkan tempo serangannya, saat itu juga Liverpool tambah mengamuk. Kecepatan permainan Liverpool bukannya mengendor, tapi justru tambah meningkat. Ini yang membuat Spurs semakin kesulitan.

Graeme Souness dibiarkan terus berada di depan dan memancing pertahanan The Spurs. Sedangkan 9 pemain lainnya seolah memainkan sepak bola total. Mereka menjadi kesatuan dalam menyerang maupun bertahan.

Menguasai permainan membuat Liverpool makin mudah mencetak gol demi gol tambahan. David Johnson yang menggantikan Emily Hughes mencetak dua gol tambahan. Kemudian, Phil Neal dan terry McDermott menambah dua gol.

Sempurna sudah kemenangan Liverpool. Ketakutan terhadap ancaman Spurs ternyata tak beralasan. Walupun akhirnya di sepanjang kompetisi Spurs memang tampil bagus, tapi tidak di Anfield. Stadion yang angker itu menjadi tempat pembantaian Glenn Hoddle dkk yang sulit mereka lupakan.

Bagi Liverpool sendiri, kemenangan tersebut merupakan kenangan amat indah. Apalagi, kemenangan itu menegaskan keperkasaan The Reds di Inggris. Di akhir kompetisi, mereka akhirnya tampil sebagai juara.

“Itu pertandingan indah yang tak mungkin kami lupakan. Banyak kenangan yang ditinggalkan,” kata McDermott yang mencetak gol terindah dalam pertandingan tersebut. Bahkan, gol ke-7 Liverpool yang dia cetak itu merupakan gol terindah dalam kariernya. (Hery Prasetyo)

Rekaman pertandingan
Ajang: Divisi Utama Liga Inggris
Skor: 7-0
Tanggal: 2 September 1978
Stadion: Anfield
Penonton: 50.705
Wasit: Bob Sheperd
Skuad Liverpool: R. Clemence, P. Neal, A. Kennedy, P. Thompson, R. Kennedy, E. Hughes (D. Johnson), K. Dalglish, J. Case, S. Heighway, T. McDermott, G. Souness (Pelatih: Bob Paisley)
Skuad Tottenham: B. Daines, D. McAllister, T. Naylor, G. Hoddle, J. Lacy, S. Perryman, R.Villa, O. Ardiles, P. Taylor, J. Duncan, N. McNab (Pelatih: Keith Burkinshaw)

Rekaman gol
Rata-rata gol yang dicetak Liverpool sangat indah. Setidaknya, 6 dari 7 gol tercipta melaui kerja sama yang rapi. Berikut rekaman gol-gol tersebut.

Gol ke-1
Ray Kennedy memberi umpan ke kanan kepada Jimmy Case. Setelah mendekat kotak penalti, Case mencoba melepaskan tendangan ke gawang. Tapi bola tertahan kaki Kenny Dalglish. Tanpa pikir panjang, Dalglish melakukan tendangan menyusur dan menaklukkan kiper The Spurs, Barry Daines.

Gol ke-2
Kennedy mencoba menendang bola ke gawang, setelah menerima umpan dari Dalglish. Membentur kaki Hoddle. Bola rebound mengarah ke Souness. Tendangannya kembali membentur. Kali ini Dalglis mengambil bola rebound dan melesakkannya ke gawang.

Gol ke-3
Umpan silang McDermott dari sisi kiri pertahanan The Spurs langsung disambar Ray Kennedy. Lacy mencoba menghalang, tapi bola keburu masuk gawang Spurs.

Gol ke-4
Dalglish melakukan tendangan voli ke gawang The Spurs. Bola membentur gawang dan mental. David Johnson yang mendapatkan bola tanpa ampun mengirimnya ke gawang lawan.

Gol ke-5
Dalglish yang mendapat umpan manis, kesulitan menendang ke gawang. Bola diberikan kepada Johnson yang langsung menghukum gawang The Spurs.

Gol ke-6
Phil Neal melakukan tendangan bebas dari luar kotak penalti. Barry Daines mampu menahannya. Entah karena apa, tendangan diulang. Kali ini, tendangan Neal gagal dihalau Daines.

Gol ke-7
Sebuah serangan cepat dan effektif. Bermula tendangan posok The Spurs. Bola dihalau dan dikuasai Dalglish. Tanpa membuat waktu, dia mengumpan kepada David Johnson yang langsung memberikannya kepada Heighway. Heighway melakukan umpan silang. Terry McDermott yang sejak awal berlari tanpa henti dari pertahanannya sendiri (sekitar 70 yard) langsung menanduk bola Highway dan gol. Ini dinilai gol terindah musim itu.,